Jumat, 13 April 2012

Indonesia Menangis Dalam Sakitnya


Pemerintah bertugas menyelenggarakan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat. (UU No. 23 Tahun 1992 Bab IV Pasal 7)
Pemerintah bertanggung jawab untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. (UU No. 23 Tahun 1992 Bab IV Pasal 9)

Sungguh ironis jika kita membaca undang-undang di atas kemudian kita bandingkan dengan keadaan masyarakat Indonesia sekarang. Menurut saya pemerintah hanya mampu sebatas membuat undang-undang saja tanpa memperhatikan dengan seksama pelaksanaan undang-undang tersebut di kehidupan masyarakat itu sendiri. Pemerintah terkesan kurang peduli untuk meningkatkan  derajat kesehatan masyarakat padahal itu sudah jelas diatur dalam undang-undang, hal ini bisa dibuktikan dari anggaran kesehatan pada APBN Tahun 2011 turun sekitar Rp 6,2 triliun, dari Rp 19,8 triliun menjadi Rp 13,6 triliun.
Derajat kesehatan masyarakat di suatu negara merupakan salah satu tolak ukur atau indikator yang dapat kita jadikan acuan ketika kita akan menilai maju atau tidaknya negara tersebut. Untuk mengukur Derajat kesehatan masyarakat itu sendiri kita harus memperhatikan beberapa hal. Pertama, jumlah angka kematian bayi dan ibu hamil. Kedua, status gizi masyarakat. Ketiga, angka harapan hidup. Dengan melihat derajat kesehatan masyarakat Indonesia dari tiga aspek di atas maka kita dapat mengetahui dan menyimpulkan bahwa derajat kesehatan masyarakat Indonesia itu rendah jika dibandingkan dengan derajat kesehatan masyarakat di negara berkembang lainnya. Sebagai contoh, saat ini angka kematian ibu di Indonesia masih menempati urutan teratas di ASEAN.  Data terakhir dari BPS menunjukkan bahwa angka kematian ibu dan anak di Indonesia sebesar 262 per 100 ribu kelahiran hidup pada tahun 2005. Sedangkan Laporan Pembangunan Manusia tahun 2000 me­nye­butkan angka kematian ibu di Ma­lay­sia jauh di bawah Indonesia yaitu 41 per 100 ribu kelahiran hidup, Singapura 6 per 100 ribu kelahiran hidup, Thai­land 44 per 100 ribu kelahiran hidup dan Filiphina 170 per 100 ribu kelahiran hidup. Pada­hal, tahun 2000 itu angka kematian ibu ma­­sih berkisar di angka 307 per 100 ribu kelahiran hidup. Bahkan Indonesia kalah dibandingkan Vietnam, Negara yang be­lum lama merdeka, yang memiliki angka ke­matian ibu 160 per 100 ribu kelahiran hidup.
Salah satu penyebab dari rendahnya derajat kesehatan masyarakat Indonesia adalah anggaran APBN kesehatan yang dibuat pemerintah kurang tepat sasaran. Pemerintah hanya menitik beratkan penyaluran anggaran APBN tersebut pada sarana dan pra sarana kesehatan saja tetapi kurang memperhatikan biaya operasional kesehatan. Menurut saya penyaluran anggaran APBN seharusnya lebih menitik beratkan pada biaya operasional kesehatan karena ini akan sangat membantu kalangan masyarakat yang kurang mampu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan seutuhnya. Pemerintah seharusnya bisa memikirkan hal yang benar-benar menjadi kebutuhan dan priorias masyarakat saat ini. Dan menurut saya yang menjadi kebutuhan prioritas masyarakat indonesia saat ini khususnya di bidang kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang terjangkau. Tidak dapat kita pungkiri bahwa angka kemiskinan masyarakat indonesia sangat tinggi, di sisi lain kesehatan merupakan hak bagi setiap manusia semenjak dia lahir tidak terkecuali masyarakat indonesia yang dikatakan kurang mampu. Bisa kita bayangkan biaya pelayanan kesehatan yang begitu besar yang tidak berbanding lurus dengan keadaan masyarakat indonesia secara keseluruhan. Padahal di dalam undang-undang UU No. 22 Bab IV Pasal 7 menyatakan bahwa pemerintah bertugas menyelenggarakan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat.
Belum lagi tindak korupsi yang rawan dan sering terjadi di kalangan pemerintahan yang bertugas membuat kebijakan dalam hal ini adalah DPR. Menurut saya hal itu sangat berpengaruh bagi tinggi atau randahnya derajat kesehatan masyarakat Indonesia. Sebagai contoh adalah anggaran APBN Kesehatan Tahun 2011 turun sekitar Rp 6,2 triliun, dari Rp 19,8 triliun menjadi Rp 13,6 triliun. Dengan turunnya anggaran APBN Kesehatan maka otomatis upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia tidak akan maksimal karena akan mengalami kendala dalam hal finansial yang menjadi faktor pendukung utama suksesnya upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia.
Lalu apa tugas kita sebagai mahasiswa untuk menanggapi hal tersebut? Kita sebagai mahasiswa seharusnya peka terhadap keadaan yang sedang terjadi di bangsa ini. Kita sebagai agent of change dan juga sebagai social control selayaknya memiliki beban moril untuk mengubah dan membawa Indonesia ke arah yang leih maju dalam bidang apapun termasuk di bidang kesehatan. Ada banyak hal yang bisa kita lakukan sebagai bukti kontribusi positif yang bernilai bagi bangsa kita dalam membantu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Salah satunya adalah dengan cara turun langsung ke masyarakat melakukan penyuluhan tentang berbagai permasalahan yang berhubungan dengan kesehatan. Dengan begitu akan terjadi transfer of knowledge dari kita selaku mahasiswa ke kalangan masyarakat tentang masalah kesehatan yang terkait. Ataupun kita bisa melakukan sebuah kegiatan pengumpulan dana bagi para masayarakat yang dikatakan kurang mampu untuk bisa mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak dan seutuhnya.
Menurut saya diperlukan juga teman-teman mahasiswa yang bergerak ke arah birokrasi pemerintah untuk menyampaikan keluhan yang ada terkait dengan peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Hal ini bisa dilakukan dengan cara mendatangi kementrian kesehatan dan meminta agar diadakan audiensi tentang masalah yang terkait yaitu rendahnya derajat kesehatan masyarakat, sehingga kita sebagai perwakilan suara rakyat indonesia dapat mengkomunikasikan keluhan kita kepada pemerintah selaku pembuat dan penyelenggara kebijakan yang berhubungan dengan masalah ini. Jika hal tersebut telah ditempuh dan tidak ada perubahan yang berdampak positif bagi peningkatan derajat kesehatan masyarakat indonesia, maka sudah menjadi kewajiban kita untuk turun ke jalan, demonstrasi menyuarakan keluhan rakyat. sesungguhnya di tangan kita lah nasib bangsa ini. Jika bukan kita, siapa lagi?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar