Minggu, 23 Desember 2012

Pestisida Organoklorin


Pestisida golongan ini paling jelas pengaruh fisiologisnya terhadap susunan syaraf pusat, senyawa ini (organoklorin) berakumulasi pada jaringan lemak. Jadi, sesuai dampak yang ditimbulkannya, organoklorin tidak menyerang sistem hemopoetik tetapi menyerang sistem syaraf pusat manusia.

Toksisitas Organoklorin
Secara kimia tergolong insektisida yang toksisitasnya relatif rendah akan tetapi mampu bertahan lama dalam lingkungan. Organoklorin bersifat mengganggu susunan syaraf dan larut dalam lemak. Contoh insektisida ini adalah DDT (Dikloro Difenil Tri Kloroetana) yang ditemukan oleh Zeidler seorang sarjana kimia dari Jerman pada tahun 1874. Pada tahun 1973 diketahui bahwa DDT ini ternyata sangat membahayakan bagi kehidupan maupun lingkungan, karena meninggalkan residu yang terlalu lama dan dapat terakumulasi dalam jaringan melalui rantai makanan. DDT sangat stabil baik di air, di tanah, dalam jaringan tanaman dan hewan.

Mekanisme toksisitas Organoklorin
Pada dasarnya pengaruh toksiknya terfokus pada neurotoksin dan pada otak. Saraf sensorik dan serabut saraf motorik serta kortek motorik merupakan target toksisitasnya. Dilain pihak bila terjadi efek keracunan perubahan patologiknya tidaklah nyata. Bila seseorang menelan DDT sekitar 10mg/Kg akan dapat menyebabkan keracunan, hal tersebut terjadi dalam waktu beberapa jam. Perkiraan LD50 untuk manusia adalah 300-500 mg/Kg. DDT dihentikan penggunaannya sejak tahun 1972, tetapi penggunaannya masih berlangsung sampai beberapa tahun kemudian, bahkan sampai sekarang residu DDT masih dapat terdeteksi. Gejala yang terlihat pada intoksikasi DDT adalah sebagai berikut: Nausea, vomitus, paresthesis pada lidah, bibir dan muka, iritabilitas, tremor, convulsi, koma, kegagalan pernafasan, kematian.

2 komentar: