Pestisida golongan ini paling jelas pengaruh
fisiologisnya terhadap susunan syaraf pusat, senyawa ini (organoklorin) berakumulasi pada jaringan lemak. Jadi,
sesuai dampak yang ditimbulkannya, organoklorin tidak menyerang sistem
hemopoetik tetapi menyerang sistem syaraf pusat manusia.
Toksisitas Organoklorin
Secara kimia tergolong insektisida yang
toksisitasnya relatif rendah akan tetapi mampu bertahan lama dalam lingkungan. Organoklorin bersifat mengganggu susunan syaraf dan larut dalam lemak. Contoh
insektisida ini adalah DDT (Dikloro Difenil Tri Kloroetana) yang ditemukan oleh Zeidler seorang sarjana kimia dari Jerman pada tahun 1874. Pada tahun 1973 diketahui bahwa
DDT ini ternyata sangat membahayakan bagi kehidupan maupun lingkungan, karena
meninggalkan residu yang terlalu lama dan dapat terakumulasi dalam jaringan
melalui rantai makanan. DDT sangat stabil baik di air, di tanah, dalam jaringan
tanaman dan hewan.
Mekanisme toksisitas Organoklorin
Pada dasarnya pengaruh toksiknya terfokus pada
neurotoksin dan pada otak. Saraf sensorik dan serabut saraf motorik serta
kortek motorik merupakan target toksisitasnya. Dilain pihak bila
terjadi efek keracunan perubahan patologiknya tidaklah nyata. Bila seseorang
menelan DDT sekitar 10mg/Kg akan dapat menyebabkan keracunan, hal tersebut
terjadi dalam waktu beberapa jam. Perkiraan LD50 untuk manusia adalah 300-500
mg/Kg. DDT dihentikan penggunaannya sejak tahun 1972, tetapi penggunaannya
masih berlangsung sampai beberapa tahun kemudian, bahkan sampai sekarang residu
DDT masih dapat terdeteksi. Gejala yang terlihat pada intoksikasi DDT adalah
sebagai berikut: Nausea, vomitus, paresthesis pada lidah, bibir dan muka,
iritabilitas, tremor, convulsi, koma, kegagalan pernafasan, kematian.
ciee momooo. aku kopi yaa tugas keslingnyaa :P
BalasHapusmakasih lho :D
iya sama".. :D
BalasHapus